Rabu, 20 Agustus 2014

Jangan katakan 'JANGAN' untuk mendidik anak?

Terkadang, saya penasaran kenapa ada anjuran untuk jangan mengatakan 'jangan' saat mendidik anak. Beberapa ahli mengatakan bahwa karena pikiran bawah sadar lambat merespon kata 'jangan'. Ada juga yang bilang kalau menggunakan kata 'jangan', maka anak akan termotivasi untuk melakukan apa yang dilarang. Dengan memberikan contoh berupa kata-kata 'jangan bayangkan gajah warna pink lagi ngupil', justru malah membuat anak 'termotivasi' untuk membayangkan 'gajah pink lagi ngupil'. (anda juga kan? hehe), sehingga banyak anjuran untuk

Tapi, betulkah kata 'jangan' memang jangan untuk diucapkan untuk anak? Padahal, dikisahkan pd surat Luqman, beliau berkata kepada anaknya seperti ini:

'Wahai anakku! JANGANlah engkau memperseketukuan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar'

Mari rasakan perbedaan nuansanya, SEANDAINYA Luqman mengucapkan begini pada anaknya:

'Esakanlah Allah......'
'Daripada mempersekutukan Allah, lebih baik esakan Allah......'

Ada perbedaan 'nuansa' meskipun maksud dan tujuannya sama?

Ya, penggunaan kata 'JANGAN' memiliki fungsi PENEGASAN ada hal yang BETUL-BETUL TIDAK BOLEH dilakukan. Sifatnya prinsip. Ini fungsi penggunaan kata 'jangan' pada anak, untuk menanamkan value. Bayangkan, jika anda ingin mencegah anak dari penggunaan narkoba, bandingkan nuansanya:

'JANGAN SEKALI-KALI kamu dekati lingkungan yang narkoba'
'Hindari narkoba'
'Daripada gunakan narkoba, lebih baik........'

Bandingkan juga nuansanya jika anda ingin mencegah anak anda dari pergaulan bebas

'Nak, JANGAN sekalipun kamu dekati zina..........'
'Daripada dekati zina, lebih baik.......'
'Hindari zina....'

Maka, saya tergolong orang yang tidak setuju akan larangan penggunaan kata 'jangan' kepada anak istri. Kata jangan memiliki fungsi PENEGASAN akan hal yang betul-betul tidak boleh dilakukan secara prinsip.

Namun, terlampau banyak menggunakan kata 'JANGAN' menyebabkan sang anak akan merasa terkekang. Anak yang bermasalah itu adalah anak yang kalau tidak terlalu dikekang, terlalu dibebaskan. Lihatlah jika anak yang terlalu dikekang, ia akan mati kreatifitasnya (karena itu saat ini yang sudah kuliah, sudah besar, sudah menikah pun masih merepotkan orangtuanya), atau ia akan menjadi pemberontak, karena lelah dikekang bertahun-tahun. Main air 'dikekang' dengan jangan, hujan-hujanan 'dikekang' dengan jangan, main pisau 'dikekang' dengan jangan, dan lain-lain...

Anak yang terlalu dibebaskan, dengan pola asuh (seakan) tanpa aturan, tanpa kata 'jangan' pun akan sebabkan ia terlalu 'liar', sulit membedakan mana benar mana salah. SUlit membedakan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Penggunaan kata 'jangan' berfungsi untuk menanamkan value pada anak. Terlalu liberal itu berbahaya. Sudah banyak contohnya kan?

Maka, gunakan kata 'jangan' pada waktu, tempat, dan cara yang tepat...

Romantic Couple
@canunkamil & @fufuelmart

Senyum Ceriaaa


GURU RAM NU Masyithoh 18 Bandengan TP 2014/2015













Selasa, 06 Mei 2014

Pandangan Islam Tentang Anak Usia Dini

Sungguh Alloh Subhanahu Wata’ala telah memberikan berbagai macam amanah dan tanggung jawab kepada manusia. Diantara amanah dan tanggung jawab terbesar yang Alloh Ta’ala bebankan kepada manusia, dalam hal ini orang tua (termasuk guru, pengajar ataupun pengasuh) adalah memberikan pendidikan yang benar terhadap anak. Yang demikian ini merupakan penerapan dari firman  Alloh Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
 “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka”
(QS. At-Tahrim:6).

Sahabat yang mulia Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu‘anhu menafsirkan ayat diatas dengan mengatakan: “Didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan” (Tafsir Ath-Thobari, Al-Maktabah As-Syamilah)

Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan kepada anak usia dini, juntifikasi itu memberikan arti bahwa penyelenggaraan pendidikan pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan perintah yang didalamnya memiliki makna ibadah yang Agung. Inilah kesempurnaan sebuah ajaran, dimana Islam mengajarkan tentang pentingnya proses pembentukan generasi muslim dari sejak sedini mungkin untuk membangun pribadi-pribadi muslim yang kaffah (sempurna).
Beberapa landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya mendidik anak sejak usia dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini:

قالَ رَسُولُ الله ِصَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّيُوْلَدُعَلَى الْفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْيُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى)

Artinya : “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri), sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhori)

أَكْرِمُواأَوْلاَدَكُمْ،وَأَحْسِنُواأَدَبَهُمْ

Artinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik.”

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا ( رواه البخارى)

Artinya : “ Paling baiknya kamu sekalian adalah dari budi pekertinya. “ (H.R. Bukhori)

‘Amru bin ‘Atabah pernah memberikan pegangan kepada para pengasuh anaknya dengan berkata :
 
لِيَكُنْ أَوَّلُ إِصْلاَحِكَ لِوَلِدَى إِصْلاَحَكَ لِنَفْسِكَ فَإِنَّ عُيُوْنَهُمْ مَعْقُوْدَةٌبِعَيْنِكَ,فَاالْحَسَنُ عِنْدَهُمْ مَاصَنَعْتَ وَالْقَبِيْحُ عِنْدَهُمْ مَاتَرَكْتَ

Artinya : “ Hendaklah tuntunan perbaikan yang pertama bagi anak-anakku, dimulai dari perbaikan anda terhadap diri anda sendiri. Karena mata dan perhatian mereka selalu terikat kepada anda.Mereka menganggap baik segala yang anda kerjakan, dan mereka menganggap jelek segala yang anda jauhi.”

Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi orang tua untuk memperhatikan masalah pendidikan anaknya dengan sebaiknya-baiknya.

Dari mana harus memulai?

Segala sesuatu adalah berproses, demikian juga dalam hal mendidik anak. Berikut beberapa tahapan dalam membina dan mendidik anak

  1. Memilih istri (ibu bagi anak) yang sholihah
Hal ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seseorang (calon bapak) agar anak-anaknya kelak menjadi anak-anak yang sholih.Karena seorang ibu adalah sekolah pertama tempat anak-anak menimba ilmu dan belajar. Seorang ibu yang sholihah tentu saja akan mengajarkan kebaikan dan amal sholih kepada anak-anaknya.

Oleh karena itu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Wanita dinikahi karena 4 hal: (yaitu) kekayaanya, kedudukanya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, niscaya engkau akan beruntung”(HR. Bukhori Muslim).

Demikian juga sebaliknya. Bagi seorang calon ibu, ia harus memilih pendamping sholih yang kelak akan menjadi ayah dari anak-anaknya. Ayah adalah pemimpin dalam keluarga yang akan mengarahkan kemana bahtera rumah tangga akan berlayar. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya : “Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhoi akhlak dan agamanya maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang luas” (HR At-Tirmidzi)

 2. Membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah 

Diantara yang perlu ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk mengerjakan sholat wajib. Yang demikian ini disebutkan dalam firman Alloh :
وَأْمُرْأَهْلَكَ بِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَا
 “perintahkan keluargamu untuk mengerjakan sholat dan bersabar atasnya” (QS. Thoha:132).
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “ajarkan sholat pada anak anak disaat berumur 7 tahun” (HR. At-Tirmidzi).

Selain itu pula hendaknya orang tua memotivasi anak-anak untuk mengerjakan ibadah yang lain agar ketika mereka mencapai usia balig, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.

3. Memberikan teladan yang baik 

Teladan yang baik merupakan hal terpenting dalam keberhasilan mendidik anak.Telah diketahui bersama bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang tuanya.Bila orang tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak tersebut menjadi pribadi yang baik.Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang tua memperhatikan dan tidak menyepelekan masalah ini, serta jangan pula apa yang dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan. Alloh berfirman yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh ta’ala bila kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash –Shof : 2-3)

4. Menjauhkan mereka dari teman teman yang buruk 

Hendaknya orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar  memilih teman-teman yang baik agama dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua memberikan pengertian dan senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul dengan orang-orang tak sholih.

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam  bersabda yang artinya: “Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk” (HR Bukhari  dan Muslim)

5. Membentengi diri mereka dari hal hal yang merusak akhlak mereka

Penyebab banyaknya penyimpangan yang dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun akhlak adalah apa yang mereka saksikan baik di media cetak maupun elektronik berupa gambar-gambar atau tayangan-tayangan yang merusak agama mereka. Solusinya adalah terus memantau aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan bimbingan akan dampak negatif dari kemajuan teknologi. Yang demikian ini bukan berarti melarang mereka untuk menggunakan sarana informasi dan komunikasi, hanya merupakan pengarahan agar teknologi bisa termanfaatkan dengan baik.

6. Mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran islam 

Sudah sepantasnya bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri anak-anaknya, seperti pentingnya iman dan islam, kecintaan pada Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam  (yang nantinya membuahkan ketaatan terhadap perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan), juga mengajarkan mereka adab-adab islam sehari-hari,( seperti adab berpakaian, makan dan minum dsb), dzikir-dzikir dan doa-doa, cara bertutur kata, bergaul dengan baik terhadap orang yang lebih tua dan sesama, cinta akan kebersihan dan perilaku baik lainya.

7. Bersikap adil 

Yaitu bersikap kepada anak-anak, tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang lainya dalam segala hal, baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran, nafkah, hadiah dan lain sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara mereka.

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَاتَّقُوااللَّهَ وَاعْدِلُوابَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ

“Bertaqwalah kalian kepada Alloh, dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian” (HR. Muslim)

8. Mendoakan kebaikan bagi mereka 

Hendaknya orang tua menyadari bahwa hidayah berada di tangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Alloh memberikan hidayah  kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan rahmat dan karunia-Nya, sedang orang tua hanya bisa mengajarkan, mengarahkan, dan membimbing anak-anaknya. Oleh karena itu hendaknya memperbanyak berdoa untuk kebaikan mereka.

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَاهَبْ لَنَامِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَاقُرَّةَأَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَالِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“ mereka  berdoa: “ wahai Robb kami, berikanlah kami penyejuk hati dari istri-istri dan anak-anak kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Furqon: 74).

Namun sebaliknnya, jauhilah dari mendoakan kejelekan bagi mereka (seperti: mengutuk, membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya)

Anak adalah amanah dari Alloh, dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya.Semoga kita mampu menjaga dan menunaikan amanat yang diberikan kepada kita.Wallohu Ta’ala A’lam.


Kamis, 01 Mei 2014

Finger-Painting

"Pelangi-pelangi alangkah indahmu, merah, kuning, hijau di langit yang biru...."
Syairnya sederhana tapi ternyata sarat akan makna. Anak dapat diajak membayangkan keindahan warna pelangi di angkasa karena pada dasarnya ia sudah mampu mengenali keindahan. Tidak hanya sekedar yang tertangkap oleh indra penglihatan saja tetapi juga pendengaran dan perabaan. Ia mulai memakai rasa estetikanya ketika mewarnai gambar, membuat prakarya atau menilai pemandangan alam.
Pada anak usia prasekolah, kemampuan mereka dalam menangkap keindahan sedang berkembang pesat meski prosesnya sudah dimulai sejak masih di dalam kandungan (janin).
Salah satu kegiatan yang bernilai seni pada anak usia dini adalah kegiatan Finger-painting.
Finger-painting adalah salah satu bentuk menggambar yang berharga dan merupakan ekspresi spontan. Beberapa anak kadang menemukan kesulitan saat finger-painting, yaitu ketika harus memasukkan tangannya ke dalam larutan/adonan yang kotor. Adonan dibuat dari campuran tepung sagu, sabun cair, dan pewarna makanan yang dimasak sehingga menjadi adonan, seperti lem dengan warna yang menarik. Kegiatan ini dapat dilakukan di atas meja dengan posisi anak-anak berdiri sehingga memudahkan mereka untuk menggerakkan tangannya.